Laman

Minggu, 13 Maret 2011

Selesaikan Masalah dengan Tabayyun

Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tak jarang diantara kita terjadi suatu masalah yang timbul akibat kesalahpahaman. Sebagian dari kita kadang menanggapinya dengan reaktif, misalnya langsung marah kepada salah satu pihak, atau mengadu kepada orang lain tanpa diselidiki dahulu penyebabnya. jelas, itu bukan cara yang baik. Lalu bagaimana cara Islam memandang hal yang seperti itu?

Islam mengajarkan kepada kita jika menjumpai suatu masalah, hendaknya diselesaikan secara tabayyun. Tabayyun dalam bahasa Indonesia artinya menyelidiki. Maksudnya, ketika kita menghadapi suatu permasalahan, lebih baik kita selidiki dulu perihal kebenarannya. Jika hal itu tidak dilakukan, maka bukan tidak mungkin hubungan kita dengan saudara-saudara kita akan terganggu, bahkan dapat menimbulkan fitnah.

Satu peristiwa penting tercatat dlm kehidupan ‘Aisyah. Berawal dari kepulangan Rasulullah pertempuran Bani Musthaliq yg ‘Aisyah turut dlm rombongan itu. Di tengah perjalanan ketika rombongan tengah beristirahat ‘Aisyah pergi utk menunaikan hajatnya. Namun ia kehilangan kalung sehingga kembali lagi utk mencarinya. Berangkatlah rombongan dan ‘Aisyah tertinggal tanpa disadari oleh seorang pun. ‘Aisyah menunggu di tempat semula dgn harapan rombongan itu kembali hingga ia tertidur.

Saat itu muncullah Shafwan ibnul Mu’atthal yg tertinggal dari rombongan Rasulullah . Melihat ‘Aisyah dia kemudian mempersilakan ‘Aisyah utk naik kendaraan dan dituntun hingga bertemu dgn rombongan.

Kaum munafikin yg ditokohi oleh ‘Abdullah bin Ubay bin Salul menghembuskan berita bohong tentang ‘Aisyah. Akhirnya berita bohong itu pun sampai kepada ‘Aisyah melalui Ummu Misthah

Sementara itu wahyu yg memutuskan perkara ini belum juga turun. Rasulullah Muhammad SAW meminta pendapat ‘Ali bin Abi Thalib dan Usamah. Beliau pun menemui ‘Aisyah dan mengharap kejelasan dari peristiwa ini.

Di puncak kegalauan itu dari atas langit Allah menurunkan ayat-ayat yg membebaskan ‘Aisyah dari segala tuduhan yg disebarkan oleh orang2 munafik. ‘Aisyah wanita mulia yg mendapatkan pembebasan Allah atas langit. Ayat Allah turun dalam Surat An-Nuur ayat 11 beserta sembilan ayat berikutnya (dikutip dari blog.re.or.id)

Dari peristiwa di atas dapat kita simpulkan hikmah dari tabayyun, bahwa jika ada masalah hendaknya kita selidiki dahulu benar tidaknya. Dalam kehidupan sehari-hari pun demikian. Mungkin pernah diantara kita menerima sms dari nomor yang tidak dikenal yang mengaku Ibu, Bapak, atau saudara kita yang isinya meminta dikirimi uang karena alasan tertentu, misal kecelakaan. Jika hal tersebut tidak kita selidiki terlebih dahulu, maka bisa jadi kita akan menjadi korban penipuan. Oleh karena itu, marilah kita sebagai kaum muslim senantiasa huznudzon dan berpikiran luas dalam menghadapi permasalahan hidup.

(terinspirasi dari pengajian ahad pagi oleh Ust. Muhajir)

Tebak-tebakan

Adek saya Helmi tiba-tiba memberi saya pertanyaan aneh.

Helmi : "mbak, hitam putih di kutub utara apa?"
Saya : "Apa y?" (bingung, masih mencerna pertnyaannya)
Helmi : (dengan muka sotoy) "Zebra di kutub utara"
Saya : "oh??? (sambil mikir) Oke, saiki aku genti. Merah kuning hijau di lautan Atlantik apa??"
Helmi : "Opo? ra ngerti..."
Saya : "Lampu merah nyemplung di laut, hehe.. "
Helmi : "Alaah, opoo kuwi?"
Saya : (senyum kemenangan, podo ra mutune)

Nyaris Nyebur Sawah

Peristiwa ini saya alami pada saat saya dan teman-teman panitia Upgrading KEI FE UNS sedang menyusuri tempat outbond bagi peserta. Lokasi outbond berada di daerah persawahan Desa Lawu kecamatan Nguter Sukoharjo, di lingkungan sekitar rumahnya teman saya, Retna. Kami bertiga, saya, Riesa, dan Rizal berangkat dari rumah Retna sekitar pukul 9.00 WIB ke tempat outbond untuk memberi tanda penunjuk jalan bagi peserta. Perjalanan dimulai dengan memberi tanda pada rute peserta putra. Rute bagi putra dibuat lebih sulit, mereka harus menyusuri persawahan. Dengan demikian, mau tidak mau kami harus mengikuti Rizal untuk memberi tanda. Rizal membawa motor sendiri, sementara saya dan Riesa berboncengan dengan motor maticnya Riesa. Karena saya ingin menghapalkan jalan, maka saya meminta Riesa untuk membonceng saja, jadi saya yang mengemudikan motor maticnya.

Awal perjalanan semua berjalan lancar. Kami bertiga memasuki areal persawahan dengan melintasi pematang sawah yang cukup lebar, kurang lebih 2,5 meter, sehingga motor bisa kami bawa melewati pematang sawah tersebut. Pada saaat mencapai ujung pematang yang lebar tersebut, kami berhenti. Rizal turun ke pematang sawah yang lebih kecil dan memberi tanda bagi peserta, sementara itu kami para perempuan menunggu dari pematang sawah yang lebar tadi. Tak berselang lama, Retna menyusul kami. Setelah Rizal selesai melaksanakan tugasnya, kami berbalik arah untuk menuju ke tempat lain yang sekiranya perlu diberi tanda. Dan dari sinilah peristiwa konyol itu terjadi.

Kami beriringan meninggalkan sawah dengan melintasi pematang sawah yang lebar tersebut. Retna di posisi depan, disusul saya dan Riesa, kemudian Rizal di belakang. Saya yang sedang mengendarai motor matic merasa ada yang aneh saat saya membawa motor itu ke pematang tersebut. Pematang sawah itu cukup lebar, namun rumput yang tumbuh di atasnya sangat tebal, sehingga jalan yang saya lewati menjadi terasa licin. Entah karena sudah feeling atau memang lagi apes, saya merasa arah gerak motor yang saya naiki tidak lagi seimbang. Walaupun motor berjalan sangat pelan, saya tidak bisa mengendalikan motor yang semakin lama jalannya semakin tidak karuan. Sampai akhirnya saya merasakan motor itu tidak dapat saya kendalikan dan gubraaak!! Saya dan Riesa jatuh kepleset di bibir sawah, nyaris nyebur ke sawah. Tiba-tiba saya panik, dan ketika saya sadar kami benar-benar jatuh, saya langsung menengok ke belakang uantuk memastikan apakah Riesa baik-baik saja. Maklum, sepengetahuan saya, kalau ada motor jatuh, yang terkena imbas lebih parah adalah si pembonceng. Dalam pikiran saya, Riesa jatuh dan kegencet motor maticnya yang berukuran gede. Oh, ternyata dia tidak ketiban motor karena dia mboncengnya miring. Ya sudah, saya langsung bangkit dan segera bangun dengan muka panik (katanya Rizal). Mesin motor masih menyala dan saya langsung mematikan mesin, takut kalau tu motor loncat ke saya. Riesa yang saat itu jatuh pun langsung berdiri, namun dia juga kaget, karena posisi jatuhnya nggeblak ke belakang.

Rizal datang dan langsung menenangkan. Dia mengangkat motor yang jatuh dan menyandarkan. Riesa pun ikut membantu, dan dia membersihkan motornya yang kena lumpur sawah, sementara saya masih berdiri. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat. Mungkin dari mulai jatuh kepleset sampai Rizal datang, hanya sekitar 30 detik. Setelah semua bisa dikendalikan, saya sulit untuk berhenti tertawa. Mereka pun juga tertawa, mengenang kejadian konyol barusan.

Perjalanan memberi tanda outbond belum selesai, namun mereka membuat keputusan bahwa saya harus membonceng. Ya sudah, saya nurut aja diboncengin Retna. Sepanjang perjalanan saya masih saja tertawa, haha... Maaf yaa kawan, dah ngrepotin.

Sabtu, 12 Maret 2011

Talk Less Do More

"Halo? Tukangnya mana??"

Kata-kata di atas mungkin sudah familiar di telinga kita. Ya, iklan rokok yang mengispirasi. Slogan utamanya adalah talk less do more.

Masalah yang kita hadapi seringkali kita tanggapi dulu secara verbal. Boleh-boleh saja sebenarnya, tapi apakah seperti itu dapat menyelesaikan masalah?
Beberapa dari kita terkadang suka mengeluh ketika dihadapkan pada masalah, bahkan dalam masalah yang kecil sekalipun. Contoh yang kecil adalah pada iklan rokok tersebut.
Dalam iklan tersebut diceritakan pada saat hujan deras melanda suatu kantor. Semua karyawan mengalami masalah yang sama, yaitu kebocoran. Namun, cara mereka menanggapi hal tersebut berbeda-beda. Ada yang memilih untuk menampung air tersebut ke galon, sehingga dapat dijadikan tempat memelihara ikan, yang lain malah digambarkan kondisi romantis sepasang laki-laki dan perempuan yang berjalan di bawah bocornya atap kantor dengan sebuah jaket sebagai pelindung dari air. Tapi, ada satu pelaku yang digambarkan terus-menerus menelpon (dengan gaya protes) mencari tukang yang bisa secepatnya memeprbaiki kebocoran. Hingga waktu berlalu sekian lama, orang tersebut terus-menerus menelpon dan berkata: "tukangnya mana?", tanpa melakukan tindakan apa-apa. Akhirnya, di saat semua orang telah pulang kantor, orang tersebut masih saja menelpon dan mencari tukang, lebih kasihan lagi ruangnya banjir penuh dengan air hingga ia nyaris tenggelam. Di ending iklan tersebut, seorang cleaning service menggantungkan tulisan di pintu : TALK LESS DO MORE

Bagaimana dengan kita?
sesungguhnya permasalahan sekecil apapun yang datang pada kita adalah masalah yang mampu kita selesaikan. Tinggal bagaimana cara kita menghadapinya. Daripada terus-menerus mengomel dan meratapi masalah, hadapi saja! Terus-menerus bicara, komentar, dan ngoceh ga jelas tanpa aksi sama saja dengan jalan di tempat.
Ga mau kaya iklan rokok itu kan? :)

bercanda

Saya punya teman kos, teman kampus juga. Namanya Wia. Entah kenapa, kalau di kos dia selalu jadi bahan ejekan. Mungkin karena sikapnya yang sangat lepas, suka teriak-teriak ga jelas, dan inosen.
Berikut adalah contoh potongan percakapan yang melibatkan dirinya.
Wia : "Dewi, aku pengin muntah ni, knp y?"
Saya : " km lapar kali" (krn saya suka kumat maag, dan tau persis gejala maag)
Wia : (teriak) "masak pengin muntah malah disuruh makan??"
Saya : ???

...dan Wia keluar meniggalkan kamarku... tidak berselang lama, Dina datang..

Wia: "Dina, aku pengin muntah ni, caranya biar bisa muntah gimana?"
Dina : "pengin muntah mbak? Ngaca aja! "
Wia : (teriak kencang) "Dinaaa, kau tega sekali!"
Saya : (ngakak sendiri di kamar)