Laman

Sabtu, 22 September 2012

Mimpi Mati

Sepanjang hidup, mungkin ini mimpi terburuk yang pernah aku alami. Mimpi mati. Dalam mimpi itu, aku berada dalam situasi antara hidup dan mati. Aku melihat mayatku, namun aku masih bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarku. Perasaan sedih dan takut luar biasa tak bisa terbendung. Sedih karena aku aku akan segera meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi. Takut, karena dalam waktu dekat aku akan dikubur dan menghadapi siksaan karena dosa-dosaku yang banyak. Kupeluk bapakku erat-erat sambil berurai mata. Benar-benar sedih dan takut.  Aku berdoa sambil menangis, andai aku masih diberi kesempatan kedua untuk hidup lagi.

Adegan memeluk bapakku erat-erat adalah akhir dari mimpi itu. Aku terbangun. Masih terasa sesak di kerongkongan, mungkin aku beneran nangis tadi. Namun aku sangat lega dan bersyukur, itu tadi hanya mimpi. Lebih bersyukur lagi, aku merasa ada peringatan dari Allah tentang suatu hal yang pasti akan kualami suatu saat.

Kematian memang sesuatu yang pasti akan dialami setiap manusia. Tanpa kecuali dan tiada pernah terduga kapan maut akan menjemput. Firman Allah: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”. (QS. 4:78).
Dikisahkan bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya’kub AS. Suatu ketika Nabi Ya’kub berkata kepada malaikat maut. Aku menginginkan sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan kita.

Apakah itu? tanya malaikat maut. Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku. Malaikat maut berkata, Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga utusanku. Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian berpisah.

Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub. Kemudian, Nabi Ya’kub bertanya, Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?

Aku datang untuk mencabut nyawamu. Jawab malaikat maut. Lalu, mana ketiga utusanmu? tanya Nabi Ya’kub. Sudah kukirim. Jawab malaikat, Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’kub, itulah utusanku untuk setiap bani Adam (kisah ini dikutip dari republika.co.id).

Lalu apa yang perlu kita siapkan untuk menghadapi ajal? Jawabannya satu, carilah bekal sebanyak-banyaknya berupa amal saleh. Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS Al-Baqarah [2]: 197). Semoga kita semua akan kembali dalam keadaan khusnul khotimah. Amin.

Minggu, 16 September 2012

“Wik, aku putus…. Hahaha”

Itulah pesan singkat dari seorang sahabat kecilku siang itu, mengagetkanku dari ritual tidur siang hari Sabtu. Kalau diliat dari bahasa smsnya sih dia seolah santai dengan keputusannya itu, tapi aku tahu persis, dia pasti mengetik kata-kata itu kemudian mencari nomor hpku di phonebooknya dan memecet tanda kirim di hpnya dengan berderai air mata. 

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia putus. Hubungannya dengan si pacar berkali-kali mengalami pasang surut putus nyambung. Entah hati sahabatku itu terbuat dari apa, masalah perbedaan latar belakang hingga sempat diduakan dengan cewek lain pun dia masih ikhlas menerima pacaranya apa adanya. Sebagai orang yang sering dicurhati beginian, aku kadang bingung harus menanggapi seperti apa. Maklum, aku belum pernah ngrasain putus cinta. Hehe… Namun satu hal yang kukagumi dari sahabatku itu, kesetiaannya yang luar biasa. Seolah hatinya tidak bisa lagi berpaling. Hmm… entah hal itu bermakna positif atau negatif buat dia, tapi jarang sekali orang yang mampu menjalaninya. Apalagi hubungan yang dia jalani itu sejak awal adalah LDR. Tapi saat ini aku melihatnya begitu rapuh, seolah dia sudah tidak sanggup menjalani hubungan itu, hingga dia memutuskan untuk mengakhiri (lagi) hubungannya dengan si pacar. Apapun yang akan terjadi, entah bagaimana dia akan melanjutkannya, semoga kamu akan tetap menjadi sosok yang ceria, sahabat kecilku.

Memang, kalau menyimak cerita orang-orang yang tengah menjalani suatu hubungan yang disebut pacaran, adaa aja kejadian-kejadian yang aneh. LDR dan kehadiran orang ketiga adalah gangguan yang paling sering aku jumpai pada orang-orang sekitarku.

LDR alias hubungan jarak jauh menurutku hanya bisa dijalani sama orang-orang yang kuat dan setia. Bagaimana ga kuat. Mereka pelaku LDR itu punya pacar, tapi seolah ga punya pacar. Makan ga ditemenin pacar, pulang kerja ga ada yang jemput, malam minggu pun cuma ditemeni telpon dari pacar yang jauh di sana. Kuat dari godaan dan setia harus jadi senjata utama. Salah-salah bisa cinlok sama rekan kerja yang tiap hari selama 8 jam kerja kantor ketemu. Hehe.. profokatif ni. Ibuku pun pernah berpesan, kalau punya pacar jangan jauh-jauhan. Nggih bu..  Tapi tergantung orangnya juga sih. Ada juga temenku yang aku benar-benar salut karena kuat dan setia manjalani LDR dari jaman SMA sampai kerja. Semoga kalian cepet nikah yaa. Ada juga temenku yang lain bercerita, seninya pacaran LDR itu ada rasa kangen. Tidak seperti pacaran yang deketan yang kalau tiap hari ketemu bisa bosen. Hmm…  begitu ya. Oke sip.

Kehadiran orang ketiga adalah masalah yang sering juga dijumpai. Alasannya sih macem-macem dari yang mulai masuk akal, sampai yang diada-adakan. Biasanya sih mereka bilang, sosok yang baru itu lebih baik dari pacarnya sekarang. Entah lebih baik dari agamanya, perhatiannya, sikapnya, masa depannya dan lain-lain yang lebih mengada-ada adalah mencari selingan indah karena udah bosan sama pacarnya. Jahat. Tapi apapun alasannya, selingkuh itu dibenarkan ga sih? Walaupun banyak juga yang akhirnya hubungan seperti itu berakhir di pernikahan. Intinya, manusia itu bakal mencari yang lebih baik. Kalau yang ini aku setuju.

Apapun masalahmu, apapun ceritamu, jodoh itu sudah Allah siapkan sejak kita di lauhul mahfudz. Tinggal bagaimana kita memantaskan diri untuk dipertemukan dengannya suatu saat nanti. Begitulah kata-kata andalanku kalau ada temen yang curhat tentang pacarnya. Kadang bingung sendiri, mereka kok bisa curhat ke aku yang belum pengalaman. hehe…  Cerita-cerita di atas bukan ngarang, tapi berdasarkan pengalaman-pengalaman teman-temanku. Ya semoga kalian diberikan yang terbaik. Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur: 26).
Sekian.

Minggu, 09 September 2012

Liburan The Juniors ke Green Canyon


Cerita ini bermula dari sekumpulan auditor dari sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang konon katanya menduduki peringkat sepuluh besar dunia. Kita sebut saja namanya KAP X. Kami adalah auditor junior yang barangkali lagi jenuh dengan rutinitas sehari-hari,  yang selalu bergeut dengan angka. Atas alasan inilah kami membuat sebuah rencana untuk mengadakan acara liburan bareng.
Selasa, 5 Juni 2012 setelah pulang dari pelatihan yang diselenggarakan oleh HRD kantor, kami makan bareng di angkringan depan menara Imperium. Pembahasan acara liburan pun dimulai. Banyak masukan tempat tujuan, seperti, Pangandaran, Puncak, hingga Green Canyon. Berbagai pertimbangan, plus minus masing-masing tempat dibahas, hingga akhirnya terpilih alternative tempat kunjungan yaitu Gunung Bunder, daerah Bogor. Ketua perjalanan pun terpilih atas nama Hasan. Oke, direncanakan kami akan berangkat berlibur tanggal 15 Juni 2012 ke Gunung Bunder. Berhubung ketua terpilih punya kewenangan, maka kami pun harus mengikuti aturan si Ketua. Okelah, yang penting liburan.
Dua hari setelah rapat itu, kami menerima email dari pak Ketua. Email itu berisi rundown lengkap dengan rincian biaya yang harus kami keluarkan. Namun, ternyata secara sepihak si Ketua memutuskan untuk mengajak kami semua ke Green Canyon. Wow, jauhnya kaya apa tu dari Jakarta, apalagi perjalanan itu akan dilaksanakan pada akhir pekan biasa, bukan long weekend, begitulah pikir kami. Tapi karena keinginan kami yang begitu besar untuk berlibur, maka kami pun dengan antusias mengikuti ajakan dari ketua. Lagipula diantara kami juga belum ada yang pernah merasakan pengalaman ke Green Canyon kecuali si Ketua.
Rincian biaya memuat lengkap berbagai perkiraan biaya yang akan dikeluarkan. Singkat cerita, total biaya yang dibebankan per orang adalah Rp 350.000,00. Biaya yang cukup murah untuk sebuah liburan ke Green Canyon.
Jumat, 15 Juni 2012 adalah hari yang kami tunggu-tunggu. Seharian benar-benar ga konsen kerja karena tidak sabar ingin segera berangkat. Berbagai alasan dikemukakan kepada manajer atau senior yang menyuruh kami lembur pada malam itu ataupun hari Sabtu. Perjalanan ini tidak boleh tertunda karena alasan pekerjaan. Dewi Diah, Bagus, Fagan, dan Dadang adalah mereka yang menolak ajakan lembur. Salut deh yang buat Dewi Diah yang dengan berani menolak permintaan lembur dari pak Manajer dengan alasan acara keluarga. Ckckck… Bukan contoh yang baik kawaaan.
Rencana awal keberangkatan adalah jam 20.00 kami berkumpul di kos Ai Mahdum. Jam karet, kami baru berangkat jam 22.00. Sebelum berangkat, kami berdoa bersama memohon keselamatan selama perjalanan, tak lupa berfoto bersama.

Kami semua berenambelas, Hasan, Fagan, Darmo, Dadang, Ai, Dhea, Dewi Diah, Adi, Dedi, Anis, Riki, Mega, Nita, Bagus, Umi, dan saya sendiri. Kami terbagi dalam 2 mobil. Mobil satu adalah Terios, punya Fagan, dan satunya lagi mobil sewaan APV. Terios disetir oleh Fagan dan mobil APV oleh Dedi. Perjalanan memakan waktu lama karena kami harus melewati kawasan macet tol Cikarang.
Sabtu, 16 Juni jam 5 pagi kami singgah di Garut untuk sholat Subuh. Selepas sholat, perjalanan dilanjutkan. Jam 09.00 akhirnya kami sampai di Green Canyon. Green Canyon adalah sebuah sungai yang nama aslinya adalah sungai Cijulang. Sungai ini terletak di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Pada awalnya, sungai ini bernama sungai Cijulang. Sungai ini dikenal memiliki keindahan yang luar biasa. Frank dan Astrid, turis berkebangsaan Perancis dan Swiss mempopulerkan sungai ini menjadi Green Canyon, dan tempat ini dikembangkan sebagai kawasan wisata.
Green Canyon adalah sebuah sungai dengan aliran tenang namun diselingi dengan jeram. Batu-batu karang menghiasi sepanjang tepian sungai ini. Aliran airnya jernih berwarna hijau toska pada saat musim kemarau. Selain itu, tetesan-tetesan air dari batuan di pinggiran sungai yang tak henti-hentinya meneteskan air semakin membuat siapapun yang berkunjung ke sini akan jatuh hati
Salah satu aktivitas pariwisata  yang menarik di Green Canyon adalah body rafting, yaitu menyusuri arus sungai Cijulang dengan perlengkapan pelampung. Inilah yang menjadi tujuan utama kami berkunjung ke Green Canyon. Jika kita tidak punya cukup perlengkapan untuk menikmati body rafting, tidak perlu khawatir, karena di sana tersedia biro jasa untuk bodi rafting. Kami memakai jasa Goa Baho, sebuah asosiasi yang menyediakan fasilitas body rafting, mulai dari perlengkapan, transportasi menuju lokasi, hingga pemandu yang siap menemani kita menyusuri sungai ini. Soal biaya, bukan masalah. Per orang dikenakan biaya Rp 185.000. namun karena ketua kami sudah terlebih dulu mengenal mereka, maka kami mendapat potongan harga Rp 50.000 per orang, sehingga kami hanya perlu membayar Rp 135.000 per orang. Alhamdulillah Lumayaan J


Perjalanan berawal dari pos Goa Baho. Dari pos menuju sungai, kami diangkut dengan menggunakan kendaraan bak buka. Persisi seperti anak-anak mau kemping. hehe. Kali ini kami beruntung, aliran air sungai Cijulang sedang tenang dan jernih berwarna hijau toska. Kondisi seperti ini biasa terjadi pas kemarau. Ini adalah kondisi terbaik untuk menyusuri sungai Cijulang. Kalau pas musim hujan, air di sana bisa berwarna kecoklatan.
Body rafting dimulai….. Pertama kali masuk ke air, rasa takut benar-benar menguasai diri ini. Gimana ga takut, renang aja ga bisa tahu-tahu disuruh loncat dari tepi sungai setinggi kurang lebih 2 meter. Dipaksa juga, akhirnya loncat. Apa yang terjadi? Gelagepan dan panic. Padahal sudah pake pelampung. Hehe… Untung pemandunya paham, saya dan beberapa teman-teman yang panikan akhirnya dituntun selama perjalanan.











Penyusuran sungai ini melewati beberapa jeram dan arus tenang. Prinsip body rafting yang penting tenang. Posisi kaki usahakan selalu di atas biar ga kena batu-batu kali. Dari hulu hingga hilir memakan waktu kurang lebih 3 jam. Pemandangan tebing sungai benar-benar memanjakan mata kita. Pada tepian tebing-tebing sungai mengalir air gemericik dari atas. Ditambah warna air sungai yang jernih hijau toska. Subhanallah banget. Sampai pada akhir penyusuran sungai, kami dijemput dengan perahu untuk diantar kembali pada pos.



Begitulah sekilas pengalaman kami body rafting di kawasan wisata Green Canyon, Ciamis, Jawa Barat. Sebenarnya kunjungan kami yang lain masih ada, seperti Pantai Batu Karas, Pantai Gua Batu, dan Pantai Pangandaran. Lain kali dilanjutkan, insya Allah.