Laman

Selasa, 22 Januari 2013

Absurd : new comer at new office

Suatu keberuntungan dan karunia Allah telah membawa saya hingga “terdampar” ke pulau Kalimantan, tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur kota Samarinda. Kantor baru, teman baru, lingkungan baru menghiasi hari-hari saya disini. Kalo bicara kantor baru, lingkungan baru, pasti terbayang sebuah kondisi yang kikuk, salah tingkah hingga hal lucu yang bakal dialami. Ini terjadi pada saya yang pendatang baru di kantor itu. Berikut pengalaman pribadi yang (semoga) cukup sopan dan (semoga) bisa diambil hikmahnya. 

1. Kukar
 
Suatu siang pak bos yang baru mengajak saya untuk menemani seorang tamu penting yang datang dari kantor pusat. Awalnya saya bingung kenapa harus saya yang menemani tamu itu, secara saya orang baru yang masih unyu2. Belakangan saya baru tahu ternyata tamu itu ibu-ibu, makanya saya diminta menemani beliau. 

Pak Bos: “ Dewi, nanti kita ke kukar ya”
Saya : “Oh, iya pak. Kemana?”
Pak Bos : “ke Kukar”
Saya : “Iya pak, kuker  kemana?” (nada suara mulai agak meninggi, ga sabar bapaknya ga nyambung2 ditanyai mau kunjungan kerja kemana)
Pak Bos : “Kukar. Kutai Kartanegara” (nada suara ga kalah tinggi)
Saya : “Oh…. Saya pikir kuker tu kunjungan kerja Pak” 

FYI: Di Kalimantan Timur terdapat 3 Kabupaten yang bernama Kutai. Kutai Barat (Kubar) beribukota di Sendawar, Kutai Kartanegara (Kukar) beribukota di Tenggarong, dan Kutai Timur (Kutim) beribukota di Sangatta. 

2. Insiden di atas tangga
 
Masih berkaitan dengan tamu dari kantor pusat di atas. Pak Bos ingin memperkenalkan saya dengan ibu Cahaya (bukan nama sebenarnya). Di sebuah lorong kantor saya bertemu dengan rombongan pak bos beserta tamu-tamunya. Momen yang pas untuk berkenalan dengan tamu-tamu itu. Kami berpapasan di ujung lorong, tepat di bawah ujung lorong tersebut ada tangga menurun yang menghubungkan ke ruang berikutnya. 

Pak Bos : (sambil terus berjalan )“Dewi, ini kenalin Ibu Cahaya”,
Saya : (menyodorkan tangan kanan bersalaman) “Saya Dewi, Bu”
Bu Cahaya: “Bu Cahaya” (sambil terus berjalan)

di belakang Bu Cahaya ada 2 orang stafnya berjalan mengikuti. Saya pun memperkenalkan diri kepada mereka tanpa memperdulikan Pak Bos dan bu Cahaya yang sudah berjalan duluan.

Di tengah “prosesi” perkenalan itu, tiba-tiba Ibu Cahaya jatuh dari tangga di dekat tempat saya berdiri. Astaghfirullah… Jatuhnya sampai berguling kira-kira sejauh 5 anak tangga, dan ditutup dengan kepala membentur ke lantai. Semua yang disitu kaget, saya pun kaget. Kok bisa? -____-“
Peristiwa itu cepat sekali, sehingga saya tidak sempat menolong agar Ibu itu tidak jatuh lebih jauh. Dengan dibantu Pak Bos, Bu Cahaya bisa berdiri. Alhmdulillah Bu Cahaya tidak mengalami luka serius. Sedikit lecet dan memar di bagian kaki, plus kepalanya sedikit bengkak. Untung tidak sampai pusing-pusing. 

Catatan: entah ini salah siapa, lain kali saya tidak akan mengajak orang yang sudah “berumur” untuk sekedar ngobrol di dekat tangga karena itu bisa memecah konsentrasinya. Setelah dipikir-pikir, Ibu tadi jatuh karena fokusnya ada pada saya, hingga tidak memperhatikan ada tangga turun di bawahnya. Semoga Ibu Cahaya selalu sehat. Amin.

3. Pompa
 
Sebagai orang baru di kantor, saya belum bisa mengenal semua orang kantor. Paling Cuma hafal muka, karena nama-nama pun sulit hafal. Nah suatu hari, ada mbak-mbak pegawai kantor yang baru selesai menjalani cuti melahirkan. Mbak Cahaya (bukan nama sebenarnya) mendatangi ruangan saya dan meminta izin meminjam ruangan Pak Bos. Saat itu Pak Bos sedang ada tugas keluar kota sehingga ruangan itu bisa dia pinjam.

Mbak Cahaya :”Dewi, saya boleh pinjam ruangan Pak Bos?”
Saya : “Mau ngapain mbak”
Mbak Cahaya : “ Ini, mau mompa”
Saya : (Heran, mengingat-ingat apakah ada mesin pompa di ruangan Pak Bos) “Mompa??”
Mbak Cahaya : “Ini, mompa ASI”
Saya : “Oh.. Iya boleh2 ,mbak” 

Setelah mbak Cahaya masuk, tak berselang lama masuklah ke ruangan saya Bapak-bapak yang masih lumayan muda. Sebut saja Pak Cahyo (bukan nama sebenarnya)

Pak Cahyo : “Mbak, di dalam ada Mbak Cahaya?” (sambil menunjuk ke arah ruangan Pak Bos)
Saya: “ Iya Pak.”
Pak Cahyo: “Oh, oke” (sambil berjalan hendak masuk ke ruangan Pak Bos)
Saya : (setengah teriak, sambil berdiri) “Eh Pak, jangan! Mbak Cahaya lagi mompa ASI” (khawatir kalau Pak Cahyo tiba-tiba masuk)
Pak Cahyo: “Saya ini suaminya”
Saya : “Oh…  haha, iya Pak“

Catatan: lebih cepat lebih baik untuk mengenal orang-orang kantor, dan hafalin nama-nama mereka. Status juga,hehe. Karena suaminya Mbak Cahaya ternyata pegawai di situ juga.