Laman

Minggu, 16 September 2012

“Wik, aku putus…. Hahaha”

Itulah pesan singkat dari seorang sahabat kecilku siang itu, mengagetkanku dari ritual tidur siang hari Sabtu. Kalau diliat dari bahasa smsnya sih dia seolah santai dengan keputusannya itu, tapi aku tahu persis, dia pasti mengetik kata-kata itu kemudian mencari nomor hpku di phonebooknya dan memecet tanda kirim di hpnya dengan berderai air mata. 

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia putus. Hubungannya dengan si pacar berkali-kali mengalami pasang surut putus nyambung. Entah hati sahabatku itu terbuat dari apa, masalah perbedaan latar belakang hingga sempat diduakan dengan cewek lain pun dia masih ikhlas menerima pacaranya apa adanya. Sebagai orang yang sering dicurhati beginian, aku kadang bingung harus menanggapi seperti apa. Maklum, aku belum pernah ngrasain putus cinta. Hehe… Namun satu hal yang kukagumi dari sahabatku itu, kesetiaannya yang luar biasa. Seolah hatinya tidak bisa lagi berpaling. Hmm… entah hal itu bermakna positif atau negatif buat dia, tapi jarang sekali orang yang mampu menjalaninya. Apalagi hubungan yang dia jalani itu sejak awal adalah LDR. Tapi saat ini aku melihatnya begitu rapuh, seolah dia sudah tidak sanggup menjalani hubungan itu, hingga dia memutuskan untuk mengakhiri (lagi) hubungannya dengan si pacar. Apapun yang akan terjadi, entah bagaimana dia akan melanjutkannya, semoga kamu akan tetap menjadi sosok yang ceria, sahabat kecilku.

Memang, kalau menyimak cerita orang-orang yang tengah menjalani suatu hubungan yang disebut pacaran, adaa aja kejadian-kejadian yang aneh. LDR dan kehadiran orang ketiga adalah gangguan yang paling sering aku jumpai pada orang-orang sekitarku.

LDR alias hubungan jarak jauh menurutku hanya bisa dijalani sama orang-orang yang kuat dan setia. Bagaimana ga kuat. Mereka pelaku LDR itu punya pacar, tapi seolah ga punya pacar. Makan ga ditemenin pacar, pulang kerja ga ada yang jemput, malam minggu pun cuma ditemeni telpon dari pacar yang jauh di sana. Kuat dari godaan dan setia harus jadi senjata utama. Salah-salah bisa cinlok sama rekan kerja yang tiap hari selama 8 jam kerja kantor ketemu. Hehe.. profokatif ni. Ibuku pun pernah berpesan, kalau punya pacar jangan jauh-jauhan. Nggih bu..  Tapi tergantung orangnya juga sih. Ada juga temenku yang aku benar-benar salut karena kuat dan setia manjalani LDR dari jaman SMA sampai kerja. Semoga kalian cepet nikah yaa. Ada juga temenku yang lain bercerita, seninya pacaran LDR itu ada rasa kangen. Tidak seperti pacaran yang deketan yang kalau tiap hari ketemu bisa bosen. Hmm…  begitu ya. Oke sip.

Kehadiran orang ketiga adalah masalah yang sering juga dijumpai. Alasannya sih macem-macem dari yang mulai masuk akal, sampai yang diada-adakan. Biasanya sih mereka bilang, sosok yang baru itu lebih baik dari pacarnya sekarang. Entah lebih baik dari agamanya, perhatiannya, sikapnya, masa depannya dan lain-lain yang lebih mengada-ada adalah mencari selingan indah karena udah bosan sama pacarnya. Jahat. Tapi apapun alasannya, selingkuh itu dibenarkan ga sih? Walaupun banyak juga yang akhirnya hubungan seperti itu berakhir di pernikahan. Intinya, manusia itu bakal mencari yang lebih baik. Kalau yang ini aku setuju.

Apapun masalahmu, apapun ceritamu, jodoh itu sudah Allah siapkan sejak kita di lauhul mahfudz. Tinggal bagaimana kita memantaskan diri untuk dipertemukan dengannya suatu saat nanti. Begitulah kata-kata andalanku kalau ada temen yang curhat tentang pacarnya. Kadang bingung sendiri, mereka kok bisa curhat ke aku yang belum pengalaman. hehe…  Cerita-cerita di atas bukan ngarang, tapi berdasarkan pengalaman-pengalaman teman-temanku. Ya semoga kalian diberikan yang terbaik. Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur: 26).
Sekian.

8 komentar:

  1. apa mungkin mbak dewi, kl kita berjodoh dg org yg beda agama? terus gmn itu?

    BalasHapus
  2. hmm.. bisa ga ya? maaf2 kurang tau saya,hehe

    BalasHapus
  3. sebenarnya maksudnya jodoh sudah disiapkan di lauhul mahfudz itu gmn mbak? jodoh sendiri itu artinya buat kamu apa sih mbak? apakah org yg kita nikahi adl jodoh kita? Tp kan nikah bs cerai, berarti belum jodoh dong?
    maaf banyak nanya, semoga blog ini benar2 mampu mjd penggali manfaat.

    BalasHapus
  4. spt halnya umur, rezeki, jodoh udh diatur dr sananya. yah klo cerai namanya bukan jodoh

    BalasHapus
  5. kl misal mjd bujang/gadis atau janda/duda sampai tutup usia, berarti org itu tak mempunyai jodoh dong mbak? kurang adil bagi dia dong mba?

    BalasHapus
  6. hehehe... pertanyaan bagus. Masalahnya yang ditanyai ga lebih tahu. Wallahu'alam

    BalasHapus
  7. tapi sayangnya saya tdk pernah percaya sama namanya jodoh. ketika kita adl wanita baik, maka akan berjodoh dg lelaki baik2. sebaliknya ketika kita adl lelaki tdk baik, maka akan berjodoh dg wanita tdk baik. sedangkan hidup tidak hanya berada pada satu titik, namun terus bergerak. berarti jodoh jg bergerak, bukan titik. yg menggerakkan itu adl hati, keyakinan, iman. bergejolak pastinya, dan tdk menutup kemungkinan salah dlm menentukan. akhirnya komitment dan keikhlasan yg meng-cover "jodoh".
    mbak Dewi, apakah saya berdosa jika tidak mempercayai hal itu?

    BalasHapus