Laman

Minggu, 13 Maret 2011

Nyaris Nyebur Sawah

Peristiwa ini saya alami pada saat saya dan teman-teman panitia Upgrading KEI FE UNS sedang menyusuri tempat outbond bagi peserta. Lokasi outbond berada di daerah persawahan Desa Lawu kecamatan Nguter Sukoharjo, di lingkungan sekitar rumahnya teman saya, Retna. Kami bertiga, saya, Riesa, dan Rizal berangkat dari rumah Retna sekitar pukul 9.00 WIB ke tempat outbond untuk memberi tanda penunjuk jalan bagi peserta. Perjalanan dimulai dengan memberi tanda pada rute peserta putra. Rute bagi putra dibuat lebih sulit, mereka harus menyusuri persawahan. Dengan demikian, mau tidak mau kami harus mengikuti Rizal untuk memberi tanda. Rizal membawa motor sendiri, sementara saya dan Riesa berboncengan dengan motor maticnya Riesa. Karena saya ingin menghapalkan jalan, maka saya meminta Riesa untuk membonceng saja, jadi saya yang mengemudikan motor maticnya.

Awal perjalanan semua berjalan lancar. Kami bertiga memasuki areal persawahan dengan melintasi pematang sawah yang cukup lebar, kurang lebih 2,5 meter, sehingga motor bisa kami bawa melewati pematang sawah tersebut. Pada saaat mencapai ujung pematang yang lebar tersebut, kami berhenti. Rizal turun ke pematang sawah yang lebih kecil dan memberi tanda bagi peserta, sementara itu kami para perempuan menunggu dari pematang sawah yang lebar tadi. Tak berselang lama, Retna menyusul kami. Setelah Rizal selesai melaksanakan tugasnya, kami berbalik arah untuk menuju ke tempat lain yang sekiranya perlu diberi tanda. Dan dari sinilah peristiwa konyol itu terjadi.

Kami beriringan meninggalkan sawah dengan melintasi pematang sawah yang lebar tersebut. Retna di posisi depan, disusul saya dan Riesa, kemudian Rizal di belakang. Saya yang sedang mengendarai motor matic merasa ada yang aneh saat saya membawa motor itu ke pematang tersebut. Pematang sawah itu cukup lebar, namun rumput yang tumbuh di atasnya sangat tebal, sehingga jalan yang saya lewati menjadi terasa licin. Entah karena sudah feeling atau memang lagi apes, saya merasa arah gerak motor yang saya naiki tidak lagi seimbang. Walaupun motor berjalan sangat pelan, saya tidak bisa mengendalikan motor yang semakin lama jalannya semakin tidak karuan. Sampai akhirnya saya merasakan motor itu tidak dapat saya kendalikan dan gubraaak!! Saya dan Riesa jatuh kepleset di bibir sawah, nyaris nyebur ke sawah. Tiba-tiba saya panik, dan ketika saya sadar kami benar-benar jatuh, saya langsung menengok ke belakang uantuk memastikan apakah Riesa baik-baik saja. Maklum, sepengetahuan saya, kalau ada motor jatuh, yang terkena imbas lebih parah adalah si pembonceng. Dalam pikiran saya, Riesa jatuh dan kegencet motor maticnya yang berukuran gede. Oh, ternyata dia tidak ketiban motor karena dia mboncengnya miring. Ya sudah, saya langsung bangkit dan segera bangun dengan muka panik (katanya Rizal). Mesin motor masih menyala dan saya langsung mematikan mesin, takut kalau tu motor loncat ke saya. Riesa yang saat itu jatuh pun langsung berdiri, namun dia juga kaget, karena posisi jatuhnya nggeblak ke belakang.

Rizal datang dan langsung menenangkan. Dia mengangkat motor yang jatuh dan menyandarkan. Riesa pun ikut membantu, dan dia membersihkan motornya yang kena lumpur sawah, sementara saya masih berdiri. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat. Mungkin dari mulai jatuh kepleset sampai Rizal datang, hanya sekitar 30 detik. Setelah semua bisa dikendalikan, saya sulit untuk berhenti tertawa. Mereka pun juga tertawa, mengenang kejadian konyol barusan.

Perjalanan memberi tanda outbond belum selesai, namun mereka membuat keputusan bahwa saya harus membonceng. Ya sudah, saya nurut aja diboncengin Retna. Sepanjang perjalanan saya masih saja tertawa, haha... Maaf yaa kawan, dah ngrepotin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar